Sabtu, 17 Mei 2008

Syeikh Arab Saudi Larang Penjualan Minuman Keras di Hotel Kairo

Sebuah hotel mewah di Kairo menghentikan penjualan minuman beralkohol atas perintah pemiliknya yang Syeikh dari Arab Saudi, kata asisten manajer hotel itu layaknya dikutip AFP, Jumat.

Syeikh Abdel Aziz Ibrahim bin Ibrahim, sang pemilik Hotel Grand Hyatt di Kairo, mengunjungi hotel bintang lima itu pada Sabtu lalu, dan langsung memerintahkan semua persediaan minuman keras dihancurkan, dan melarang penjualannya sesuai dengan hukum Islam, yang melarang konsumsi minuman beralkohol.

Tidak ada minuman keras yang djual sejak awal pekan ini, kata asisten manajer Nivine Sami kepada AFP.

"Namun, belum ada keputusan yang diambil secara pasti. Pembahasan mengenai masalah itu masih terus dilakukan antara pihak hotel dan pemilik," tambah wanita tersebut.

Seorang pejabat pariwisata yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, hotel itu bisa dilucuti tiga bintangnya jika terus melangkah dengan kebijakan tidak menyediakan minuman beralkohol, karena hotel-hotel bintang tiga, empat dan lima diwajibkan menyediakan minuman semacam itu.

Arab Saudi dan Prancis Join Bangun Kilang

Perusahaan minyak Prancis, Total dan perusahaan minyak Arab Saudi (Aramco) mengumumkan Rabu (14/5) mengenai rencana pembangunan kilang dengan produksi 400.000 barel per hari di kota Saudi bagian timur Jubail di pantai Teluk.

Dalam pernyataan bersama, sebagaimana dikutip dari Antara, disebutkan bahwa fasilitas itu akan memproses minyak mentah Arabian Heavy. Keduanya akan mulai operasionalisasi pada akhir 2012.

Usaha patungan untuk pembangunan kilang tersebut akan dibentuk selama kuartal ketiga 2008. Saudi Aramco akan mempunyai saham awal 62,5 persen dan Total 37,5 persen.

Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa kedua pihak akan menawarkan berturut-turut 25 persen dari perusahaan itu kepada investor dari masyarakat Saudi, dengan Saudi Aramco dan Total masing-masing 37,5 persen.

"Visi kami ini kilang kelas dunia untuk lebih memperluas infrastruktur petrokimia dan pengilangan di Saudi serta menciptakan berbagai peluang kerja bagi masyarakat setempat," kata wakil pimpinan senior Saudi Aramco Khalid al-Buainain.

Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa kilang itu akan diuntungkan dari dekatnya dengan sistem pasokan minyak mentah Arabian Heavy serta dari pelabuhan dan berbagai fasilitas pembangkit lainnya di Jubail.

Proyek tersebut akan memasok bahan bakar untuk transportasi dan petrokimia yang permintaannya terus tumbuh terutama di Asia dan Timur Tengah, dan juga di Eropa, tempat terjadinya defisit dalam minyak diesel terus berkembang, kata Michael Benezeit, pimpinan pengilangan dan pemasaran Total.

Arab Saudi Tolak Permintaan Bush agar Naikkan Produksi Minyak


Arab Saudi telah menolak permintaan Presiden Bush agar menaikkan produksi minyak secara keseluruhan meskipun harga minyak di Amerika dan seluruh dunia terus naik. Presiden Bush mengemukakan permintaan itu dalam pertemuan dengan Raja Abdullah hari Jum’at di ranch raja di luar ibukota Riyadh. Permintaan serupa telah ditolak pada Januari lalu.

Pemerintahan Bush berpendapat persediaan yang tidak cukup mendorong harga naik ke tingkat belum pernah terjadi. Namun pemerintah Arab Saudi mengatakan persediaan dan permintaan cukup seimbang.

Dalam jumpa pers Jum’at petang menteri perminyakan Arab Saudi, Ali Naimi mengatakan Arab Saudi bulan ini telah menaikkan produksi minyak mentah sebanyak 300 ribu barel sehari atau sedikit di atas 3%. Kenaikan itu, katanya, ditujukan untuk menutupi pengurangan produksi yang dilakukan Venezuela dan Meksiko.

Arab Saudi menyimpan sekitar seperlima cadangan minyak dunia dan merupakan pengimpor 14 persen minyak mentah bagi Amerika Serikat. Lawatan Presiden Bush ke Arab Saudi antara lain juga bertujuan untuk memperingati 75 tahun hubungan resmi Amerika dan Arab Saudi.

Dalam suatu pernyataan hari ini, Gedung Putih menyatakan kedua negara telah menandatangani kesepakatan untuk melindungi sumber-sumberdaya energi, meningkatkan kerjasama nuklir untuk kepentingan damai, memperluas perang melawan terorisme, dan memperkuat perjanjian nonproliferasi senjata penghancur massal.