Pangeran al-Faisal mengungkapkan hal tersebut dalam wawancara surat kabar Financial Times yang terbit di London.
Dalam wawancara itu, al-Faisal mendesak Obama untuk mengubah sikapnya yang tidak adil dalam masalah Israel-Palestina. Ia meminta Obama untuk mengutuk kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina, mendesak Israel agar menghentikan pembangunan pemukimannya di Tepi Barat, mendesak Israel agar mencabut blokade dan mendesak Israel agar menarik pasukannya dari wilayah Sheeba, Libanon.
"Proses perdamaian, stabilitas dan hubungan AS-Saudi akan beresiko, kecuali pemerintahan AS melakukan langkah tegas terhadap Israel guna mencegah penderitaan dan pembantaian terhadap warga Palestina," kata Pangeran al-Faisal yang pernah menjadi dubes Saudi di AS dan Inggris.
"Jika AS ingin tetap ingin memegang peran kepemimpinan di Timur Tengah dan ingin menjaga strategi aliansinya-khususnya hubungan antara Saudi dan AS-maka AS harus mengubah secara drastis kebijakan-kebijakannya terhadap konflik Israel-Palestina," sambung al-Faisal.
Ia juga mengatakan, Bush telah meninggalkan "warisan yang memuakkan" pada pemerintahan baru AS dan Bush telah berkontribusi atas pembantaian warga tak berdosa di Jalur Gaza.
Pangeran al-Faisal mengatakan bahwa Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad sudah menulis surat pada Raja Abdullah yang isinya mendesak Saudi untuk memimpin jihad atau perang suci terhadap Israel.
"Komunike sangat penting, karena pengakuan secara de facto atas kedudukan Saudi dari pihak yang selama ini dianggap musuh oleh Saudi menunjukkan bahwa agresi Israel ke Jalur Gaza telah menyatukan seluruh kawasan, Syiah dan Sunni," papar Al-Faisal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar