Oleh: Syekh Muhammad Shaleh Al-Munajjid
Saya seorang yang taat beragama sejak beberapa tahun yang lalu. Namun
sejak sepuluh bulan yang lalu saya merasa akal dan hati saya telah tercabut
keimanan dan kemauannya. Perasaan ini sangat menyiksa saya, sehingga saya
berkata dalam hati bahwa saya terkena gangguan setan atau semacam itu dan akan
hilang apabila masuk bulan Ramadan. Namun ternyata hal itu tidak hilang,
sehingga saya harus bersusah payah melakukan shalat malam dan berupaya
memperbanyak bacaan Al-Quran walaupun persaan ragu-ragu tersebut selalu muncul.
Kini kondisi saya semakin menurun, baik dari sisi sosial, intelektual, keluarga
maupun agama. Hingga kin saya berada dalam azab karena sebab ini. Saya merasa
bahwa saya tidak akan mendapatkan lagi iman yang sudah tercabut dari diri saya
dan bahwa saya akan mengalami suul khatimah (akhir kehidupan yang buruk). Saya
tidak tahu apa yang sesungguhnya menimpa saya dan apa solusi dan terapinya dan
apakah keimanan saya akan kembali seperti semula atau saya akan mati dengan
akhir yang buruk serta mendapatkan azab Allah. Terakhir, jangan lupakan saya
dalam doa anda.
Alhamdulillah
Saudaraku seakidah, hendaknya harapan anda
kepada Allah Ta’la tetap besar. Jangan sampai setan mendapatkan jalan
menggoda anda dengan berputus asa
dari rahmat Allah nan luas yang
diberikan kepada para hamba-Nya yang beriman.
Perasaan yang anda alami, bahwa akhir anda tidak
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah Azza Wajalla, sesungguhnya dari
bisikan dan godaan yang dihembuskan setan kepada hamba Allah untuk menebarkan
fitnah agar dia lari dari agamanya. Dia mendatangi hamba yang saleh dan
memberikan was-was bahwa amalan telah gugur atau dia beramal untuk selain Allah
dan memperlihatkan amalannya kepada orang-orang agar mereka menyangka hal itu
merupakan suatu kebaikan. Semuanya ini merupakan metode setan yang terulang
terhadap hamba Allah, khususnya bagi orang yang terlihat padanya dampak
istiqomah dan kebaikan –saya menyangka anda termasuk di antara golongan
itu dan saya tidak metazkiyah seorang
pun kepada Allah- untuk menghalangi mereka dari hal itu semoga kita dilindungi
oleh Allah darinya.
Akan tetapi anda wahai saudaraku, dituntut untuk
semakin berharap dan memohon kepada
Allah yang (dapat) mengampuni semua dosa dan mengabulkan hamba yang berlindung
dengan perlindungannya dan meminta pertolongan dengan kedudukan-Nya kerena Dia
adalah Maha Pengasih, Maha Memaafkan dan Maha Kasih.
Hendaknya anda perlu memperbanyak amal sholeh,
dengan bacaan Al-Qur’an, bersadaqah, mengingat Allah, bersilaturahim dan lainnya. Kelemahan yang
anda rasakan, juga sama dirasakan oleh orang lain. Ini masalah biasa, berapa
banyak orang yang dahulunya dijadikan contoh dalam ketinggian samangatnya,
kemudian semangatnya menurun pada rentan waktu lama. Kemudian semangatnya
kembali karena keutamaan dari Allah.
Ingatlah sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam:
" إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةً
فَإِنْ كَانَ صَاحِبُهَا سَدَّدَ وَقَارَبَ فَارْجُوهُ وَإِنْ أُشِيرَ إِلَيْهِ بِالأَصَابِعِ
فَلا تَعُدُّوهُ " رواه الترمذي 2453 وحسنه الألباني في صحيح الترمذي (1995) .
“Sesungguhnya pada segala sesuatu itu ada
masasemangat. Dan pada kesemangatan itu ada (massa) kemalasan. Kalau orang yang
dalam kondisi malas dapat menjaga keseimbangan (amalannya). Maka semoga
mendapatkan kemenangan. Kalau dia (terlalu semangat dalam beramal sampai
terkenal) dan ditunjuk. Maka dia jangan dimasukkan (golongan orang saleh).”
(HR. Tirmizi, no. 2453 dihasankan oleh Al-Albany dalam Shahih Tirmizi, 1995)
Maksud dari kalimat ‘Inna Likulli Syain Syirroh'
maksudnya sangat menjaga sesuatu dengan semangat dan berkeinginan melakukan kebaikan.
Kalimat 'Likulli Syirroh Fatrah' adalah disini
(ada waktu) lemah dan tenang.
'Fain Shohibuhu saddada wa qoroba' maksudnya
pemilik semangat amalannya tengah dan menjauhi dua kubu berlebih-lebihan dalam
semangan dan terlalu turun dalam kelemahan.
'Faarjuhu' adalah
harapan kemenangan darinya, karena kemungkinan dia dapat konsisten di
tengah-tengah. Dan amalan yang paling disenangi Allah adalah yang paling
langgeng.
'Wain Usyiro Bil Ashobi’ maksudnya bersemangat
dan berlebihan dalam beramal sehingga sampai menjadi terkenal dalam beribadah
dan zuhud. Dan jadi orang terkenal yang
ditunjuk
'Fala Ta’udduhu'
maksudnya jangan dihitung dan dimasukkan golongan orang-orang saleh
karena dia (melakukan dengan) riya’. Tidak dikatakan jangan diharapkan, hal itu
memberi isyarat bahwa terjatuh dan tidak memungkinkan mendapatkan apa yang
telah terlewatkan.
(Kitab Tuhfatul Ahwadzi)
Perhatikan hadits ini,
dan hubungkan dengan realita anda dan realita kebanyakan orang selain anda.
Maka akan ada kemiripan yang jelas. Dalam hadits ini ada penjelasan yang terang
bahwa seseorang dapat melewati fase semangat sekali, penerimaan yang kuat dan
keinginan kuat yang sangat tinggi. Tiba-tiba melemah dan berikutnya semangat
dan responnya menurun. Kalau sudah sampai pada fase ini, maka hendaknya dia
harus sangat menjaga untuk tetap melakukan kewajiban dan menjauhi yang
diharamkan. Kalau dia melakukan hal itu, maka ada harapan kemenangan dan
kesinambungan. Kalau dia terjerumus yang dilarang, dan meninggalkan kewajiban,
maka sungguh dia telah terjatuh dan merugi.
Maka hendaknya anda memperbanyak kembali kepada
Allah, memohon ampunan-Nya, dan meminta kepada-Nya (agar bisa tetap) konsisten
sampai meninggal dunia. Sebagaimana kami mewasiatkan kepada anda agar menjauhi
yang diharamkan. Semoga Allah mengampuni dosa anda dan memudahkan urusan anda.
Sampai berjumpa lagi
wassalam.
(islamhouse.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar