Sabtu, 19 Januari 2008

Bush di Arab Saudi


Rencananya sampai hari Selasa ini Bush akan menghabiskan waktunya dengan raja Abdullah. Mereka akan membahas dua topik penting: proses perdamaian Israel-Palestina, dan masalah Iran. Nampaknya dalam hal Israel-Palestina Bush bisa mengharapkan dukungan dari Abdullah. Namun dalam masalah Iran tidak. Arab Saudi memiliki hubungan dipolmatik dan ekonomi yang sangat erat dengan Iran. Di masa lalu raja Abdullah pernah mengatakan dengan tegas, tidak akan mengorbankan hubungan baiknya dengan Iran demi konflik Amerika-Iran. Apalagi mengancam Iran dengan serangan militer. Sikap raja Abdullah ini mewakili suara rakyatnya. Seorang pegawai bank yang ditemui di sebuah pusat perbelanjaan mewah di Riyadh menuturkan:

"Media sering memberitakan bahwa Iran mendukung kelompok teroris. Tapi menurut saya hal ini tidak benar."

Pegawai bank itu yang sedang menemani istrinya belanja mengecam Bush yang berulang kali menuding dan mengancam Iran.

"Itu sikap yang berlebihan dan menimbulkan ketegangan. Padahal kami juga ingin hidup damai di kawasan ini."

Tiga perempuan yang ditemui di sebuah kedai hamburger, bahkan nadanya lebih tegas lagi dalam menanggapi tudingan Bush bahwa Iran mendukung teroris:

"Ia menjelekkan semua negara Timur Tengah, seperti Suriah, Iran. Sedangkan menurut saya, kelakuan Amerika di Irak justru adalah kelakuan negara teroris."

Menurut jajak pendapat terakhir, 82 persen warga Arab Saudi menentang keterlibatan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Mereka sangat tidak menyukai presiden George W. Bush. Perempuan yang ditemui di kedai warung tadi itu mengatakan:

"Presiden Bush pandai bicara, tapi bertindak buruk."

Presiden George Bush memang merupakan salah satu figur paling tidak disukai di Timur Tengah. Namun mereka, juga warga Arab Saudi sadar, bahwa tidak lama lagi Bush akan menjadi masa lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar