Minggu, 09 Januari 2011

Komplotan Penipu Incar Pelaku Bisnis Online, Waspadalah!

Peringatan bagi Anda yang menekuni bisnis atau dagang secara online. Bila lengah sedikit, uang di rekening akan melayang diembat penipu yang kian hari makin pintar memberdaya korbannya.
Komplotan penipu mengincar para pelaku usaha yang melakukan penjualan atau promosi di situs atau pun blog. Modusnya sebenarnya hampir sama dengan penipuan undian berhadiah. Sang korban yang terbujuk rayu diarahkan ke ATM untuk dipandu, hingga tanpa disadarinya uang tabungannya akan berpindah ke tangan pelaku.

Ny Lina (34), seorang warga Sidoarjo nyaris dikuras uangnya yang ditabung di Bank BCA. Ibu tiga anak yang sudah hampir 2 tahun menekuni usaha distributor keripik singkong ini memang rajin memasarkan dagangannya di blog miliknya.

Namun kejadian yang dirasa janggal dialami. Berdalih memesan keripik, seseorang yang mengaku bernama Haji Mulyadi, mengaku tinggal di Jakarta, menghubungi Ny Lina. Negosisasi harga pun berlangsung hingga kemudian terjadi kesepakatan.

Selang tidak berapa lama kemudian H Mulyadi menghubungi Ny Lina dan menyatakan telah mentransfer uang sebesar Rp 5.600.000 ke rekening BCA Ny Lina. Karena pembeli mengaku sudah mengirimkan uangnya, Ny Lina bergegas mengecek melalui M-banking. Namun ternyata masih tidak ada tambahan uang seperti yang disampaikan H Mulyadi.

Tidak selang lama kemudian, Haji Mulyadi itu menelepon kembali untuk menanyakan uang yang ditransfer sudah diterima. Karena uang belum masuk, Ny Lina mengatakan jika dia belum menerima uang tersebut.

Merasa sudah mentransfer, Haji Mulyadi pun ngotot jika telah mengirim uang melalui rekening BCA milik Ny Lina. Karena tidak ingin uangnya hilang, Haji Mulyadi seakan menghubungi layanan Halo BCA untuk menanyakan uang yang telah ditransfernya.

"Saat dia menghubungi Halo BCA. katanya ada masalah dalam hal transfer. Saya saat itu sempat percaya juga," jelas Ny Lina.

Selanjutnya tambah Ny Lina, Haji Mulyadi sempat meminta pihak Halo BCA berbincang dengan dirinya untuk meyakinkan jika transfer yang dilakukan mengalami masalah. "Saat itu dia menggunakan 2 ponsel. Yang satunya menghubungi Halo BCA, HP satunya yang digunakan berbicara dengan saya," jelas Ibu Lina.

Melalui percakapan tersebut, seorang pria yang mengaku dari layanan Halo BCA sempat menyarankan agar kiriman uang Haji Mulyadi yang nyantol bisa ditransfer ke rekening milik Ny Lina lainnya dengan cara manual.

"Saya disuruh pergi ke ATM agar dilakukan transfer secara manual dengan dipandu
pria yang mengaku dari Halo BCA," ungkap Ny Lina.

Karena tidak punya prasangka buruk, Ny Lina pun segera pergi ke ATM BCA untuk memenuhi keinginan sang penelpon. Setelah sampai di mesin ATM, Haji Mulyadi kembali menelepon dan menanyakan apakah rekening miliknya yang lain mempunyai saldo di atas Rp 1 juta.

"Kata dia (Haji Mulyadi) kalau rekening saya saldonya sedikit tidak bisa digunakan untuk transfer manual. Rekening saya katanya pasif. Pokoknya dia maksa rekening yang akan digunakan untuk nerima uang dia harus lewat rekening yang aktif," ungkap Ibu Lina.

Ny Lina menambahkan, kalau rekening yang ia gunakan saldonya di atas Rp 1 juta, nanti dia akan kembali menghubungi pihak Halo BCA untuk memandu memindahkan uang yang nyatol melalui transfer manual lewat mesin ATM.

Beruntung, Ny Lina tersadar. Dia pun memutuskan untuk tidak melanjutkan apa yang
diperintahkan Haji Mulyadi dan seseorang yang mengaku dari Halo BCA. "Saya sadar kalau ini penipuan. Kalau saya turuti, uang saya yang disedot mereka. Tadi nomornya 081782813X coba saya hubungi lagi, tapi sudah tidak aktif. Kurang ajar sekali," kata Ny Lina, dengan nada geram.

Penipuan dengan modus hampir sama juga nyaris memakan korban seorang warga Sidosermo Surabaya. Abdullah, yang memasang iklan di sebuah situs internet untuk menawarkan mobil juga diperdayai.

Modusnya, sang penipu yang menyaru sebagai pembeli mengirimkan SMS ke nomor ponsel yang tertera di iklan. Si penipu itu mengaku sudah melihat mobil yang akan dijual dan harganya juga tidak mempermasalahkan. Hanya saja karena Abdullah tidak bisa dihubungi, dia diminta menghubungi orangtua calon pembeli yang bernama Hartono.

"Kelihatan gobloknya. Di iklan saya itu tidak mencantumkan alamat rumah, kok dia sudah melihat mobil yang akan dijual," kata Abdullah. Awalnya Abdullah ini nyaris terperdaya namun kebetulan seorang kawannya pernah mengalami kejadian serupa dan mengingatkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar