Rabu, 06 Juni 2007

Dua operator berebut pasar 3G di Arab Saudi

oleh : M Rochmad Purboyo
http://web.bisnis.com/artikel/2id192.html

Sekilas, saat kami mengunjungi Arab Saudi dalam rangka ikut pemberangkatan 365 jemaah umroh nasabah tabungan Shar-E yang diselenggarakan Bank Muamalat, telepon seluler yang digunakan warga negara tersebut cukup ketinggalan zaman.


Kebanyakan yang dipakai adalah Nokia kelas low end dengan harga di bawah Rp1 jutaan. Hampir tidak ditemukan pelanggan menggunakan seluler yang telah dilengkapi layanan data kecepatan tinggi generasi ketiga (3G).


Ahmad, seorang penjaga toko perhiasan di Madinah, mengatakan produk seluler hi-end banyak juga ditawarkan di toko handphone. Namun, dia memilih telepon yang hanya untuk telepon dan SMS.


Menurut dia, operator di negaranya telah mengadopsi jaringan 3G, dengan pelanggan kebanyakan yang kerja di perkantoran.


Pembimbing umroh kami, Adib, menjelaskan penggunaan telepon seluler di Arab Saudi, dibandingkan di Indonesia masih relatif baru. Masuknya alat komunikasi itu baru ramai setelah pemerintah mengizinkan masuknya teknologi itu pada awal 2000-an.

Sebelumnya, lanjutnya, harga handphone atau alias telepon seluler (ponsel) cukup tinggi dan bisa dua kali lipat dari harga di Indonesia. Namun setelah kebijakan itu, harga alat tersebut langsung turun drastis.


Ketika kami menanyakan harga Nokia N-95 di sebuah toko sekitar Masjidil Haram di Mekah, harga yang ditawarkan tidak jauh beda dengan di Indonesia, yaitu sekitar Rp7,6 jutaan. Namun, menurut Adib, harga itu masih bisa ditawar. Untuk Kota Mekah, lanjutnya, pusat produk elektronik adalah di kawasan Aziziah. Bila beli di Jeddah, lanjutnya, harganya bisa turun lagi hingga sekitar 20%


Menurut Dewan Pertimbangan Bank Muamalat Muardi Chatib yang sempat tinggal dan belajar di Arab Saudi, produk elektronik impor di negara itu bisa murah karena tidak dikenai bea masuk. Bahkan dengan Jepang, produk itu diimpor dengan sistem barter dengan minyak mentah.


Layanan 3G


Jaringan seluler di Arab Saudi dilayani oleh dua operator: Saudi Telecom Company (STC) dan Mobily. STC diprivatisasi 1998 dan memiliki anak perusahaan yang khusus menangani telepon bergerak, AlJawwal. Sedangkan Mobily memenangkan lelang lisensi GSM kedua pada 2004. Kedua perusahaan itu belakangan sangat giat menggarap layanan 3G.


STC, perusahaan terbesar komunikasi di Arab Saudi mengakhiri monopolinya pada 2004, khusus untuk jaringan seluler setelah Mobily masuk. Namun, perusahaan negara itu masih memegang monopoli untuk jaringan tetap (kabel) di seluruh daratan Arab Saudi.


STC yang merupakan perusahaan negara di bawah Kementerian Telex, Mail dan Telepon Saudi, melalui AlJawwal mulai mendapat lisensi 3G dari komisi komunikasi dan teknologi informasi (CITC) pada Juli 2005 dengan fee sebesar SR753,7 juta (US$202 juta).


STC mulai meluncurkan HSPDA (High-Speed Downlink Packet Access) atau lebih dikenal sebagai 3,5G secara komersial pada Mei 2006. Saat itu, STC memiliki 3.000 pelanggan, dengan memiliki 500 stasiun di 20 kota di seluruh kerajaan dan tambahan lagi 460 stasiun lagi.


Awal April, AlJawwal meluncurkan program uji coba gratis bagi pelanggan untuk menikmati layanan 3G. Dengan program ini, pelanggan dapat menggunakan satu jam video call gratis dan satu jam menonton TV serta jelajah Internet 10 MB dengan kecepatan hingga 1,8 MB per detik.


Sementara itu, pesaingnya Mobily, yang merupakan perusahaan konsorsium Etihad-Etisalat, mulai meluncurkan layanan 3,5G pada Juni 2006. Etisalat merupakan perusahaan telekomunikasi Uni Emirat Arab yang belakangan gencar menggarap layanan 3,5G.
Sejak diperkenalkan 2004, Mobily merupakan yang pertama di kawasan Teluk yang menerapkan sistem bisnis waralaba telekomunikasi untuk memperluas jangkauan wilayahnya. Dengan strategi penjualan langsung dan tak langsung, perusahaan itu mampu melebihi targetnya pada 2006, baik penjualan maupun pendapatan.


Untuk meraih semakin besar pelanggan, Mobily akan menambah investasi di layanan jaringan tersebut sebesar SR1miliar (US$266,7 juta).


Perusahaan tersebut, melalui kerja sama dengan Ericsson, Nokia dan Huawei telah menggarap layanan generasi ketiga di 19 kota. Mobily mengaku telah memiliki pangsa pasar sebesar 34% dalam dua tahun beroperasi dengan total 6,2 juta pelanggan seluler dan 1 juta pelanggan khusus 3G.


Dengan tambahan investasi tersebut, Mobily menjadi perusahaan yang menggarap layanan 3G terbesar dari tujuh perusahaan yang juga menggarap layanan yang sama di Timur Tengah dan Afrika Utara.


Walid Moneimne, senior vice-president Nokia untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika dalam situs perusahaan itu, mengatakan pengguna seluler di Arab Saudi diperkirakan akan mencapai 22 juta pada 2009. Penduduk negara penghasil minyak itu sendiri saat ini, termasuk 6 juta penduduk asing, sekitar 27 juta orang.


Pelanggan aktif Internet di negara itu sekitar 3,2 juta pengguna. Dari angka ini menunjukkan masyarakat Arab Saudi termasuk yang gemar memanfaatkan teknologi telekomunikasi maju tersebut.


Dengan kekayaan melimpah dari produksi minyak dan pariwisata, tidak sulit bagi negara itu untuk terus mengembangkan teknologinya untuk mengikuti perkembangan termutakhir alat telekomunikasi bergerak itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar