Senin, 19 April 2010

Pertamina & Saudi Aramco kaji impor jangka panjang

PT Pertamina (Persero) menjajaki kontrak impor minyak mentah jangka panjang sebanyak 200.000 barel per hari (bph) dari Saudi Aramco, perusahaan BUMN minyak Arab Saudi, yang diharapkan kesepakatan terjadi pada tahun ini.


Dirut Pertamina Karen Agustiawan mengatakan perusahaan sebelumnya telah mendapatkan minyak mentah dari perusahaan yang sama sebanyak 125.000 bph sehingga dengan tambahan kontrak baru tersebut Pertamina berharap bisa mengimpor sebanyak 325.000 bph dari Saudi Aramco. Saat ini, katanya, kedua tim perusahaan tengah bernegosiasi untuk menetapkan kesepakatan kontrak yang diharapkan terjadi pada 2010

Menurut dia, Pertamina berharap kontrak baru tersebut bisa berjalan secara jangka panjang. Untuk itu, katanya, perusahaan juga berupaya mendapatkan harga diskon untuk pembelian minyak tersebut.

"Kami harapkan dapat diskon, karena ini jangka panjang. Bahkan, kami usahakan kontraknya bisa evergreen till death do us part," katanya hari ini.

Karen mengatakan minyak mentah tersebut akan dipasok ke Kilang Balongan, Jawa Barat dan Kilang Cilacap, Jawa Tengah. "Kalau ke Kilang Cilacap harus dilakukan pencampuran dulu baru bisa masuk."

Pertamina mengimpor minyak mentah sekitar 35% dari total kebutuhan minyak mentah yang akan diolah kilang-kilang yang beroperasi di Tanah Air. Dari total impor tersebut, Sekretaris Perusahaan Pertamina Toharso mengatakan 70% impor berupa kontrak jangka panjang dan sisanya diperoleh dari pasar spot.

Berdasarkan data Ditjen Migas, bagian terbesar impor minyak mentah Indonesia adalah ALC (Arabian light crude), yang dinilai murah. Pada 2007, total realisasi impor ALC sekitar 37,48 juta barel dari 116,40 juta barel.

Menurut keterangan Bappenas, sejak 1980-an ALC tak lagi diperdagangkan di pasar spot. Persaudaraan di OPEC memungkinkan Indonesia mendapatkan minyak mentah dengan harga khusus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar