Senin, 08 Desember 2008

Seluler Indonesia Diminati Pemukim di Saudi Arabia

Memiliki kartu operator Saudi Arabia, bagi tenaga kerja Indonesia mupun mukimin di Makkah dan Madinah, rupanya belum cukup. Mereka umumnya juga mengaktifkan kartu operator Indonesia.

Tak mengherankan ketika bertemu dengan petugas Posko Haji Telkomsel di halaman masjid Nabawi, Madinah, Mahmud, seorang tenaga kerja Indonesia asal Mataram, Lombok, mengajukan aktivasi kartu Simpati. ‘’Vocer mudah didapatkan disini, namun kartu perdana sulit diperoleh,’’ kata Mahfud.

Di Madinah, vocer isi ulang bisa diperoleh di komunitas Indonesia di Madinah, atau toko-toko Indonesia yang menjual barang-barang kebutuhan warga Indonesioa. Hal yang sama dijumpai di Makkah. Namun harga jual vocer isi ulang lebih mahal, hampir dua kali lipat.

Mutaqin, seorang tenaga kerja Indonesia yang bermukim di Jeddah juga minta aktivasi kartu Simpati saat menemui petugas posko di halaman masjidil Haram, Makkah. Pria asal Indramayu ini mengaku telah enam tahun tinggal di Jeddah dan berlangganan operator setempat.

Aktivasi kartu perdana baru juga banyak dilakukan jamaah haji Indonesia. Jamaah haji yang menggunakan kartu operator Saudi Arabia mengaku kesulitan menggunakan kartunya. Saat ada masalah dengan kartunya, mereka mengaku sulit mendapatkan solusi seperti yang diharapkan.

‘’Saya perlu nomor Indonesia, agar mudah berkomunikasi dengan keluarga,’’ katanya. Menurut Mutaqin, berkomunikasi dengan menggunakan kartu Saudi Arabia, membenani keluarganya di Indramayu. ‘’Mereka mengeluh, karena harus membayar mahal untuk menelepon. Padahal kami dari keluarga tidak mampu,’’ kata Mutaqin.

Dengan mengaktifkan Simpati, ia berharap bisa berkomunikasi lebih lancar lagi dengan keluarganya. ‘’Keluarga di rumah tidak perlu mengeluarkan biaya mahal.

Mereka bisa menelepon seperti menelepon di Indonesia. Biarlah saya yang membayar mahal untuk menerima telepon dari Indonesia. Yang penting tidak merepotkan keluarga kami di rumah,’’ kata Mutaqin.

Pernyataan senada dilontarkan Mahmud. Ia melukiskan Telkomsel memiliki jaringan luas di Nusa Tenggara Barat. ‘’Dengan kartu Telkomsel, kami bisa berkomunikasi dengan keluarga di Lombok lebih baik lagi. Mereka juga tidak dibebani biaya lagi,’’ kata Mahmud yang telah tiga tahun tinggal di Madinah.

Sebagaimana Mutaqin, Mahmud mengungkapkan keluarganya di Lombok sering kesulitan mendapatkan uang untuk bisa menelepon dirinya. ‘’Biaya telepon dari Lombok ke Madinah sangat mahal,’’ katanya. Dengan menggunkan Simpati, ia berharap biaya komunikasi menjadi murah dan terjangkau, sehingga bisa makin sering berkomunikasi.

Ia menyadari biaya komunikasi akan dibebankan kepadanya, karena menerima telepon akan dibebani biaya jelajah internasional. ‘’Kalau saya yang harus membayar, itu tidak masalah. Karena kami bisa mencari uang disini. Ini lebih baik daripada keluarga kami harus hutang dulu ke tetangga untuk bisa menelepon saya,’’ ujar Mutaqin.

Sekalipun berada di negeri orang, banyak warga Indonesia yang tetap mengaktifkan kartu seluler Indonesia, guna menjaga silaturahmi dengan keluarga. Di Hongkong, misalnya, dari sekitar 120 ribu tenaga kerja Indonesia, tercatat ada puluhan ribu pelanggan Telkomsel di negara ini.

Di Hongkong, Macao dan Taiwan, Telkomsel merilis Simpati Kangen. Kartu perda khusus yang dikembangkan untuk warga Indonesia . Pada layanan ini, Telkomsel bekerjasama dengan operator setempat untuk kemudahan layanan dan isi ulang pulsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar