Rabu, 25 Juni 2008

Arab Saudi Berencana Tambah Produksi Minyak


Kekhawatiran bahwa meroketnya harga minyak mungkin dapat menyebabkan pelemahan ekonomi di seluruh dunia, Arab Saudi merencanakan menambah produksi minyaknya mulai Juli sekitar setengah juta barel per hari, demikian the New York Times melaporkan dalam web-site-nya, Jumat (13/6).

Mengutip para analis dan para pedagang yang tidak disebutkan namanya, yang telah dilaporkan oleh para pejabat Arab Saudi, surat kabar itu menyebutkan kenaikan itu menjadikan produksi Arab Saudi menjadi 10 juta barel per hari.

Langkah tersebut nampaknya sebagai tanda-tanda bahwa Arab Saudi menjadi semakin `nervous` seputar dampak ekonomi maupun politik yang diakibatkan harga minyak yang terus melambung, tulis laporan itu lagi.

Harga minyak saat ini juga membuat bahan-bahan bakar alternatif lebih pantas, sehingga dikhawatirkan mengancam prospek jangka panjang ekonomi berbasis minyak, katanya lagi.

Arab Saudi saat ini memompa 9,45 juta barel minyak per hari, di mana angka itu meningkat 300.000 barel di banding bulan lalu.

Harga minyak mentah turun tipis pada Jumat (13/4) karena menguatnya dolar dan ditandai menurunnya permintaan menjelang pertemuan minyak internasional di Arab Saudi akhir pekan depan.

Kontrak berjangka minyak utama New York jenis light sweet pengiriman Juli turun 1,88 dolar ke posisi 134,86 dolar per barel. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) Jumat menurunkan estimasi pertumbuhan permintaan minyak dunia 2008, karena harga yang tinggi dan melemahnya pertumbuhan ekonomi telah membatasi permintaan di negara-negara industri utama, khususnya Amerika Serikat.

Permintaan minyak global saat ini diproyeksikan naik dengan 1,28% pada 2008, kata OPEC dalam laporan bulanannya yang diterbitkan Juni, sedangkan estimasi sebelumnya 1,35%.

Di Jepang, para menteri keuangan dari Kelompok Negara-negara Industri Maju (G8) sedang membicarakan harga minyak mentah dan krisis pangan global.

Pada pertemuan dua hari di Osaka yang berakhir Sabtu, para menteri G8 memperingatkan bahwa harga pangan dan minyak yang tinggi sangat beresiko terhadap pertumbuhan ekonomi global, kata sumber G8, yang minta tidak disebutkan namanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar