Rabu, 25 Juni 2008

Arab Saudi Siap Genjot Produksi, Harga Minyak Melorot


Harga minyak mentah langsung melorot setelah negara produsen terbesar, Arab Saudi menyatakan kesiapannya untuk menggenjot produksi ke level tertingginya dalam satu dekade.

Pada perdagangan Senin (16/6/2008) di Singapura, minyak jenis light pengiriman Juli turun hingga 77 sen atau 0,6% ke level US$ 134,09 per barel. Pada Jumat lalu, minyak jenis light anjlok hingga 2 dolar AS. Sementara minyak jenis Brent juga turun hingga 1,06 dolar ke level US$ 134,05 per barel.

Sekjen PBB Ban Ki-Moon usai bertemu dengan Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimi menyatakan, negara produsen minyak terbesar dunia itu sepakat untuk menaikkan produksi menjadi 9,7 juta barel per hari pada Juni.

"9,7 (juta bph), itulah yang Ia (al-Naimi) katakan untuk produksi Juli," ujar Bank Ki-moon seperti dikutip dari Reuters.

Angka itu berarti kenaikan 550.000 bph atau naik 6% sejak Mei, sekaligus menempatkan produksi Arab Saudi pada posisi yang tertinggi sejak Agustus 1981.

Para pialang minyak menyatakan, berita itu akan menjadi faktor penyebab aksi jual yang lebih besar pada perdagangan di Eropa. Namun kabar itu diprediksi terganjal oleh sejumlah ketakutan akan banyaknya kilang ---terutama di Asia, yang tak bisa memroses minyak sedemikian banyak.

"Ini hari yang masih awal, dan kita kemungkinan akan melihat reaksi yang lebih besar pada hari ini. Saya kira jika ada kenaikan, maka akan sangat membantu pasar, namun pertanyaannya adalah apakah minyak itu bisa diserap oleh (kilang) di Asia," ujar David Moore, analis dari Commonwealth Bank of Australia.

Raja Abdullah dari Arab Saudi menyatakan bahwa tingginya harga minyak akhir-akhir ini tidak normal, dan dia berjanji akan melakukan segala hal yang memungkinkan untuk membawa harga minyak ke tingkat yang normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar