Rabu, 13 Februari 2013

Peringatan HPN 2013

Presiden SBY, didampingi Ketua Umum PWI Pusat Margiono dan Ketua Dewan Pers Bagir Manan saat menghadiri peringatan HPN 2013 di Manado, Sulut, Senin (11/2) siang.

Presiden Ajak Pers Gunakan Kekuasaan dengan Amanah



Kekuasaan selalu mengundang godaan. Oleh karena itu, Presiden mengingatkan agar pers sebagai salah satu pilar demokrasi selalu menggunakan kekuasaannya dengan penuh amanah dan bertanggung jawab.

"Dimanapun di dunia ini, pemegang kekuasaan selalu menghadapi godaan. Oleh karena itu saya selalu menganjurkan dan mengajak kita semua untuk pandai-pandai, dengan penuh amanah, mengunakan kekuasaan itu untuk sebesar-besar kepentingan rakyat," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan puncak peringatan ke-28 Hari Pers Nasional (HPN) di Grand Kawanua Ballroom, Hotel Novotel, Manado, Sulawesi Utara, Senin (11/2) pukul 14.00 WITA.

Presiden SBY kemudian menuturkan kisah Napoleon Bonaparte. Panglima perang Perancis itu pernah mengatakan bahwa pena wartawan lebih tajam dan mematikan dibanding pedang. Mengacu pada relevansi tersebut pena haruslah digunakan untuk mematikan kejahatan dan menghidupkan kebaikan. "Kalau kita salah salah menggunakan pedang atau pena maka akan menimbulkan malapetaka dan ketidakadilan," ujar SBY.


Presiden SBY menandatangani prasasti Monumen dan Museum Mendur Bersaudara, pada peringatan HPN 2013 di Manado, Sulut, Senin (11/2) siang.

"Kita membunuh dan menusuk secara sembaranagan tentu itu menimbulkan ketidakadilan. Setetes darah dari siapapun yang ditusuk baik dari pedang atau pena, padahal orang itu tidak bersalah, maka akan berubah menjadi ketidakadilan," Kepala Negara mengingatkan.

Dalam setiap peringatan HPN, Presiden SBY selalu melihat adanya semangat untuk perbaikan dan pembaharuan dari insan pers. Presiden juga mengucapkan terima kasih atas kontribusi pers dan media dalam memekarkan kehidupan demokrasi di Indonesia.

Pada kesempatan ini, Presiden SBY menandatangani prasasti Monumen dan Museum Alex Impurung Mendur dan Frans Soemarto Mendur. "Mari kita teladani kepahlawanan, kepedulian, dan apa yang dilakukan mereka untuk negerinya pada masa-masa yang paling bersejarah," kata Presiden SBY.

Presiden SBY menerima buku karya jurnalistik Indonesia dari Ketua Umum PWI Pusat Margiono, pada peringatan HPN 2013 di Manado, Sulut, Senin (11/2) siang.

Sebelumnya, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Margiono dalam laporanya mengatakan, rangkaian kegiatan peringatan HPN 2013 ini telah dimulai sejak 2 Febuari. HPN disii oleh sejumlah kegiatan sepertiworkshop yang Museum Rekor Indonesia (Muri) dinobatkan sebagai yang terbesar di dunia. Ada pula dialog, sepeda santai, donor darah, hiburan untuk rakyat, pameran foto yang dipusatkan di Manado Town Square, dan pemeran buku wartawan. HPN 2013 juga menganugerahi Presiden ke 3 RI BJ Habibie medali emas kemerdekaan pers.

Presiden SBY menerima buku Karya Jurnalistik Indonesia dari Ketua Umum PWI Margiono. Sedangkan Dewan Pers memberikan pengharaan untuk beberapa kategori kepada insan pers atas karya-karyanya.

Hadir, antara lain, Ketua MK Mahfud MD, menteri-menteri KIB II diantaranya Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Kesra Agung Laksono, Mensesneg Sudi Sialahi, Menteri PU Joko Kirmanto, Menhut Zulkifli Hasan, Menhub EE Mangindaan, Menkominfo Tifatul Sembiring, serta Menteri PP dan Perlindungan Anak Linda Amasari Gumelar. Tampak pula Ketua KEN Chairul Tandjung, Gubernur Sulut Sinyo Harry Sarundajang, dan Ketua Dewan Pers Bagir Manan.

Presiden SBY menyaksikan maket pengembangan Kota Manado, pada peringatan HPN 2013 di Hotel Novotel, Manado, Sulut, Senin (11/2) siang.

SBY: Saya Selalu Menyimak Kritik Pers dan Pengamat

Presiden berharap pers dapat menyuarakan dua hal penting. Yakni, agar pers bersikap kritis dan objektif, serta membangun optimisme dan keyakinan bangsa.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan ini pada bagian lain sambutannya saat menghadiri peringatan ke-28 Hari Pers Nasional (HPN) di Grand Kawanua Ballroom, Hotel Novotel, Manado, Sulawesi Utara, Senin (11/2) siang.

Poin pertama, merupakan kewajiban moral bagi pers untuk mengkritisi dan mengkoreksi apa yang dilakukan oleh negara dan pemerintah. "Saya selalu menyimak kritik pers dan pengamat, misalnya terhadap masih banyaknya kasus korupsi, belum baiknya birokrasi, kurang responsifnya aparat keamanan untuk menanggulangi kekerasan, dan banyaknya pemberikan izin yang bermasalah dan tumpang tindih di tingkat daerah," Presiden SBY menjelaskan.


Presiden SBY dan pengusaha media Peter F Gontha, pada peringatan HPN 2013 di Hotel Novotel, Manado, Sulut, Senin (11/2) siang.

"Semua itu saya dengar. Saya berharap semua lembaga negara beserta pejabatnya mendengarkan, menyimak, dan menjadikannya sebagai masukan untuk perbaikan di dalam mengelola kehidupan bernegara dan menjalan roda pemerintah," SBY menambahkan.

Kedua, di tengah masih banyaknya kekurangan dan ketidakberhasilan, tidak sedikit pula keberhasialan yang kita capai. "Yang dicapai negara ini, yang hakikatnya juga keberhasilan kita semua sejak negeri kita mengalami krisis besar 15 tahun yang lalu," kata Kepala Negara.

Kalau tidak ada keduanya, lanjut SBY, rakyat Indonesia akan bingung dan mempertanyakan mengapa pihak internasional dan pers asing yang juga terkenal kritis, mau dan mengkritik Indonesia, tetapi di sisi lain mereka juga berani memberikan apresiasi bila capaian kita bagus. "Ini barangkali kita kurang murah hati untuk melakukan hal itu," ujar Presiden.

Presiden SBY dan pengusaha media James Riyadi, pada peringatan HPN 2013 di Hotel Novotel, Manado, Sulut, Senin (11/2) siang.



Di bagian lain sambutannya, SBY kembali mengingatkan agar dunia jurnalistik ikut berkontribusi secara aktif dan konstruktif agar politik, demokrasi, dan pemilihan umum dijalankan makin matang, berkualitas, dan bermartabat. "Berikan ruang yang cukup dan relatif adil bagi semua peserta pemilu," kata Presiden SBY.

"Ikutlah menyebarluaskan visi, opsi, dan solusi yang ditawarkan oleh setiap kandidat, termasuk nanti para calon presiden dan wakil presiden. Dengan demikian rakyat akan bisa menguji dan mengkritisi apakah solusi dan tindakan yang dijanjikan itu realistik apa tidak," Presiden SBY menegaskan. Insan pers, lanjut SBY, juga diharapkan turut serta memperkenalkan sosok, integritas, dan kapasitas calon anggota legislatif.

Presiden mengingatkan, sesungguhnya televisi, radio, surat kabar, media online, bahkan media sosial media adalah milik rakyat. "Bukan hanya milik partai-partai politik serta para calon anggota legislatif, ataupun calon-calon presiden semata," SBY menandaskan.(presidenri.go.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar