Selasa, 24 Juli 2007

Pemerintah Bantah Arab Saudi Cekal Pesawat Indonesia

Jakarta:Pemerintah membantah bahwa Kerajaan Arab Saudi berencana mencekal maskapai penerbangan Indonesia masuk ke negara itu, mengikuti jejak Komisi Uni Eropa.



Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Perhubungan Bambang S. Ervan menjelaskan, otoritas penerbangan sipil atau General Authority of Civil Aviation Kerajaan Saudi Arabia (GACA) memang telah mengirimkan surat dan diterima Departemen Perhubungan kemarin pagi. Surat itu ditandatangani Vice President Safety and Economy GACA Mohammed Berenji.

“Tapi surat itu berisi ajakan untuk berdialog dengan Indonesia, membahas kondisi penerbangan di sini,” kata Bambang kepada Tempo.

Bambang mengakui, dalam surat itu GACA memang menyebutkan selalu mengikuti kebijakan Uni Eropa dalam mencekal maskapai-maskapai penerbangan dari suatu negara. Tahun lalu misalnya, Kerajaan Arab Saudi ikut mengikuti Uni Eropa dalam membuat daftar hitam maskapai-maskapai yang dinilai buruk keselamatan dan keamanan penerbangannya. Namun, kali ini Arab Saudi tidak terburu-buru mengambil sikap yang sama mengikuti jejak Uni Eropa.

"GACA tidak ingin gegabah, mengingat hubungan yang kuat antara Arab dan Indonesia," katanya. GACA, dia melanjutkan, hanya minta bisa mengaudit langsung keselamatan penerbangan Indonesia.

Menanggapi permintaan itu, Bambang menambahkan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara langsung mengirimkan surat balasan ke GACA. “Isinya menyambut ajakan dialog dan mengundang tim audit GACA.”

PT Garuda Indonesia juga membantah adanya larangan terbang pesawat Indonesia ke wilayah Arab Saudi. Sejauh ini Garuda masih melayani penerbangan ke wilayah Timur Tengah. "Bahkan sekarang lagi hot-hot-nya karena musim umroh," kata juru bicara Garuda Indonesia Singgih Handoyo.

Bahkan hari ini, kata Singgih, ada dua penerbangan Garuda dari Jakarta ke Jeddah yakni pada pukul 11.35 WIB dengan 241 penumpang dan pukul 16.30 WIB dengan 236 penumpang.

Menurut dia, selama ini Garuda melayani penerbangan ke Jeddah pulang pergi lima kali seminggu. Juga rute Jakarta-Jeddah-Riiyadh-Jakarta tiga kali seminggu. Garuda juga berencana menambah penerbangan ekstra ke Jeddah pada April-September nanti.

Maskapai penerbangan Garuda Indonesia menampik adanya larangan terbang ke wilayah Arab Saudi seperti diberlakukan Uni Eropa awal Juli 2007. Hingga Selasa (17/7), Garuda Indonesia masih melayani penerbangan ke Arab Saudi. Manajer Humas Garuda Indonesia Pujobroto mengatakan penerbangan ke Arab Saudi adalah salah satu rute potensial, selain ke Jepang dan Australia.

Pujobroto juga membantah adanya larangan terbang ke wilayah Arab Saudi. Menurut Pujobroto, bulan April hingga September adalah peak season karena memasuki musim haji dan umroh. Jadwal penerbangan ke Arab Saudi yang biasanya delapan kali seminggu harus ditambah menjadi dua kali lagi per minggu. Bahkan, pada Juli 2007, penerbangan ditambah hingga empat kali lagi per minggu.

Arab Saudi akan mengikuti langkah Uni Eropa (UE) yang telah mengeluarkan larangan terbang di langit Eropa bagi seluruh maskapai penerbangan Indonesia, namun mereka masih memberi kesempatan bagi Indonesia untuk memberi penjelasan berkaitan dengan keamanan penerbangan.

"Soal kebijakan larangan terbang, Arab Saudi biasanya selalu mengikuti keputusan Uni Eropa, namun karena hubungan baik dengan Indonesia maka Arab Saudi akan minta klarifikasi dulu," kata Kapuskom Publik Departemen Perhubungan RI, Bambang S. Ervan kepada ANTARA News di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan, Arab Saudi masih memberi kesempatan bagi Indonesia untuk memberi penjelasan berkaitan dengan keamanan penerbangan, sebelum keputusan larangan terbang bagi maskapai Indonesia berlaku efektif.

Bambang mengakui bahwa pihaknya sudah menerima surat dari Pemerintah Arab Saudi melalui General Authority of Civil Aviation (GACA) Arab Saudi yang menyatakan bahwa Arab Saudi mengikuti langkah UE, yang baru-baru ini telah mengeluarkan larangan terbang di langit Eropa bagi seluruh maskapai penerbangan Indonesia.

Namun bukan berarti Arab Saudi langsung memberlakukan keputusan itu, termasuk kepada penerbangan Garuda yang selama ini memiliki rute ke Arab Saudi sebanyak delapan kali seminggu.

GACA, katanya, baru akan mengambil keputusan setelah mendengar penjelasan resmi dari Indonesia.

"Kita menyambut baik pemberitahuan dari GACA Arab Saudi dan kami akan meminta waktu untuk menemui mereka di sana dan memberi penjelasan mengenai upaya peningkatan faktor keselamatan penerbangan kita," kata Bambang.

Sementara itu pihak Garuda Indonesia melalui siaran pers, Senin, menegaskan bahwa penerbangan maskapai tersebut untuk tujunan Arab Saudi dan sebaliknya masih berjalan normal.

Seluruh penerbangan Garuda Indonesia yang melayani rute ke Saudi Arabia pada Senin (16/7) berjalan normal. Misalnya penerbangan GA-9802 yang melayani rute Jakarta-Jeddah menggunakan B-747-400, berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 11:35 WIB membawa 241 penumpang.

Demikian pula dengan penerbangan Garuda yang lain (GA-980) yang juga melayani rute Jakarta-Jeddah menggunakan pesawat B-747-400, berangkatdari Bandara Soekarno-Hatta pukul 16:30 WIB membawa 236 penumpang, demikian pernyataan Garuda yang ditandatangani Pujobroto, Kepala Komunikasi PT Garuda Indonesia.

Menteri Agama Maftuh Basyuni menegaskan jika pemerintah Arab Saudi ingin memperoleh kejelasan tentang kelaikan maskapai penerbangan RI, dipersilakan datang, namun jika negara itu ingin mengikuti langkah Uni Eropa (UE) dengan sangat terpaksa Indonesia tak akan memberangkatkan jemaah hajinya pada tahun ini.

Maftuh mengatakan hal itu di Jakarta, Selasa, menanggapi surat Pemerintah Arab Saudi yang ditujukan kepada Menhub, Jusman Sjafii Djamal. Isi surat antara lain bahwa Arab Saudi akan mengikuti langkah UE yang melarang maskapai RI terbang ke negara tersebut.

Namun Arab Saudi masih memberi kesempatan kepada Indonesia untuk memberi penjelasan terkait keselamatan penerbangan sebelum larangan itu berlaku efektif. Pemerintah Arab Saudi belum sampai melarang, karena negara itu masih mempertimbangkan hubungan baik dengan pemerintah Indonesia.

Kepala Komunikasi Pe-rusahaan Garuda Indonesia, Pujobroto, melalui Distrik Manager Garuda Indonesia cabang Medan, Yona Mardiona dalam pres rilisnya, Rabu (18/07), kemarin di kantornya, Jalan Mongonsidi Medan membantah larangan terbang di wilayah Arab Saudi .

Pernyataan itu di-sampaikannya sehubungan dengan adanya pernyataan yang dikeluarkan Kepala Komu-nikasi Publik Departemen Perhubungan, Bambang S Ervan bahwa pemerintah Arab Saudi berencana mengikuti rekomendasi Uni Eropa yang melarang pesawat Indonesia terbang ke wilayahnya.

’Isu mengenai adanya larangan terbang ke Arab Saudi terhadap maskapai Indonesia, termasuk Garuda Indonesia adalah tidak benar. Yona melanjutkan, seluruh penerbangan Garuda Indonesia yang melayani rute Saudi Arabia saat ini masih berjalan normal. Misalnya, penerbangan GA-9802 yang melayani rute Jakarta-Jeddah menggunakan Boeing 747-400, berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 11.35 WIB dengan membawa 214 penumpang.

Begitu juga dengan penerbangan Garuda GA-980 yang juga melayani rute Jakarta-Jeddah menggunakan pesawat Boeing 747-400, berangkat dari Bandara Seoekarno-Hatta pukul 16.30 WIB membawa 236 penumpang.

Sedangkan penerbangan ke Arab Saudi yang dilayani Garuda, sambungnya, sebanyak 8 kali perminggunya. Masing-masing rute Jakarta-Jeddah-Jakarta dilayani sebanyak 5 kali perminggu (senin, Rabu, Kamis Jumat dan Minggu). Untuk rute Jakarta-Jeddah-Riyadh-Jakarta sebanyak 3 kali perminggu (setiap Selasa, Kamis dan Sabtu).

Bahkan, kata Yona, medio April-September 2007, Garuda menambah penerbangan (extra flight) rute Jakarta-Jedah pulang balik sebanyak 2 kali perminggu karena permintaan pasar yang tinggi, baik penumpang tenaga kerja maupun masyarakat yang ingin melaksanakan Umroh.

‘Khusus pada Juli 2007 ini penambahan penerbangan rute Jakarta-Jeddah (pulang pergi) dapat mencapai 4 kali perminggu,’ kata Yona. untuk mengetahui kondisi maskapai penerbangan Indonesia yang sebenarnya. Dan hal itu akan ditindaklanjuti oleh pemerintah Indonesia secepatnya.

‘Kita sudah menerima surat resmi dari Kerajaan Arab Saudi tertanggal 15 Juli, namun baru kita terima hari ini,’ tukasnya.

Dalam surat itu, dijelaskan bahwa rencana larangan terbang itu didasari atas keputusan yang sama dari Uni Eropa. Sebelumnya, Uni Eropa telah mengeluarkan larangan terbang ke wilayahnya bagi maskapai penerbangan Indonesia. Larangan itu secara tidak langsung merupakan imbauan agar agen perjalanan Eropa tidak menggunakan maskapai penerbangan Indonesia.

’Dari dulu referensi Arab Saudi itu memang penilaian Uni Eropa,’ ungkapnya. Direktur Sertifikasi dan Kelaikan Udara (DSKU), Dephub, Yurlis Hasibuan membenarkan rencana larangan terbang dari Arab Saudi itu.

Menurutnya, otoritas penerbangan sipil Arab Saudi selama ini memang selalu mengikuti perkembangan kebijakan penerbangan Uni Eropa, sehingga tidak heran jika Arab Saudi juga mempertimbangkan maskapai penerbangan Indonesia.

‘Tapi saya optimis Arab Saudi tidak akan melakukan hal itu,’ tuturnya. Yurlis mengakui bahwa larangan terbang itu memang menjadi hak setiap negara, tapi ia yakin pemerintah Arab Saudi akan mempertimbangkan hal lain. Itu terutama karena hubungan antara Arab Saudi dan Indonesia sangat erat. Apalagi Indonesia mengirimkan haji yang sangat besar setiap tahunnya.

Untuk itu, Dephub berencana melakukan kunjungan ke Arab Saudi untuk menjelaskan tentang perkembangan peberbangan Indonesia. ‘Kita yang akan kesana, untuk memberi penjelasan yang sama seperti penjelasan kita ke Eropa,’ ungkapnya.

Sementara itu, anggota DPRDSU dari komisi E membidangi Kesra, Isfan F Fachruddin mengatakan, walaupun Garuda Indonesia menyatakan pelarangan tersebut hanya isu belaka, namun munculnya berita pelarangan tersebut merupakan warning (peringatan) bagi maskapai Garuda Indonesia yang harus mengoreksi dirinya dan memperbaiki kinerjanya.

‘Garuda Indonesia harus berkaca diri. Jangan terlalu yakin pelarangan itu hanya isu. Kalau hal ini benar-benar dilakukan pemerintah Arab Suadi, Garuda mau ngomong apa lagi. Ini harus menjadi warning bagi Garuda Indonesia,’ ujar Isfan bersama rombongan dewan lainnya, Sujono Umardani, Ristiawi (Fdemokrat), Isrok Azhari dan yantoni Purna (FPDI-P), Muhammad Nuh (FPKS) dan lainnya di Terminal Keberangkatan Domestik Bandara Polonia Medan sesaat sebelum bertolak ke Jakarta, Rabu malam[18/07].

Isfan menilai, rating peringkat maskapai Indonesia yang dilakukan Dirjen Perhubungan Udara tidak serius dilakukan. Sebab kenyataannya, maskapai katagori III yang memang layak menjadi katagori III, malah bisa naik menjadi peringkat II. ;Maskapai Indonesia harus kaca diri.

Mengapa harus malu dan merasa tidak punya harga diri jika penerbangan Indonesia tidak diterima di luar negeri. Seharusnya bagaimana memperbaiki manajemen dan maskapai kita, bukan saling emosi,; tuturnya.

Kabar tidak boleh masuknya maskapai nasional ke arab saudi mungkin hanya isu belaka, artinya pernyataan resmi memang belum dikeluarkan dari kerajaan Arab saudi.

Namun, tampaknya pelarangan itu semakin nyata menyusul Uni Eropa (UE) mengeluarkan larangan terbang di wilayahnya. Bukan tidak mungkin Arab Saudi juga berencana melakukan hal yang sama terhadap maskapai penerbangan Indonesia. ujarnya.

Untuk itu sebelum laranangan itu diberlakukan hendaknya pemerintah indonesia melakukan dialog dengan Arab Saudi soal penerbangan Indonesia yang akan mengangkut jemaah haji.

Menindaklanjuti surat dari otoritas penerbangan sipil Arab Saudi, GACA (General Authority of Civil Aviation) yang meminta klarifikasi larangan terbang oleh Uni Eropa terhadap penerbangan indonesia, Staf Teknis Perhubungan di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah, Bambang Sudaryono telah bertemu dengan Vice President of Safety & Economic di Jeddah (17/07/07).

Dari hasil pertemuan tersebut diperoleh penjelasan bahwa latar belakang dikeluarkannya surat klarifikiasi GACA adalah adanya perjanjian antara Arab Saudi dengan European Aviation Safety Agency (EASA) antara lain keharusan untuk menerapkan kebijakan yang dilakukan oleh European Commission (EC).

Pada kesempatan pertemuan tersebut pihak Indonesia juga menyampaikan undangan kepada GACA untuk datang ke Indonesia guna mengetahui dan membahas alasan-alasan larangan yang dilakukan oleh EC. Dalam hal ini pihak Arab Saudi menghargai respon cepat Indonesia dan menyambut baik undangan tersebut. Arab Saudi mengindikasikan pertemuan kedua otoritas penerbangan dilakukan 3 (tiga) minggu yang akan datang di Indonesia.

Dalam pertemuan yang akan direncanakan di Indonesia itu, pihak Arab Saudi mengharapkan Indonesia dapat menjelaskan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan dalam memenuhi standar keselamatan penerbangan. Pihak Arab Saudi juga menyatakan kesiapannya bekerjasama dengan Indonesia untuk mengatasi permasalahan keselamatan penerbangan Indonesia.

Nah, bagaimana situasi objektif keselamatan penerbangan di dalam negeri? Terus terang sangat buruk. Pemerintah pernah mengumumkan tiga kategori maskapai di Indonesia, tetapi tidak ada yang masuk kategori I. Setelah diberi kesempatan melakukan perbaikan, muncullah Garuda sebagai maskapai nasional satu-satunya yang menghuni kategori teratas.

Dengan fakta seperti itu, wajah dunia penerbangan kita sesungguhnya buruk. Maskapai di Indonesia mayoritas mempergunakan pesawat bekas. Belum lagi regulasi yang selama ini memberi ruang-ruang kompromi antara regulator dan operator. Jadi, janganlah berang terhadap Arab Saudi. Kecemasan mereka beralasan.

Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi pemerintah Indonesia untuk memperbaiki citra buruk tersebut. Tidak saja melalui pengetatan regulasi, tetapi juga melalui investasi. Paling tidak terhadap Garuda yang menjadi national flag carrier kita. Tanpa investasi, Garuda akan selalu kalah bersaing dengan maskapai-maskapai terkemuka di dunia.

Jadi, janganlah bereaksi berlebihan apalagi emosional. Benahilah regulasi dan implementasi standar keselamatan global di dalam negeri. Bila itu dilakukan dengan benar, tidak akan ada negara mana pun yang mempertanyakan kualitas maskapai kita.

Jangan seperti sekarang, kita menjemur pakaian kotor di halaman rumah, tetapi menginginkan penilaian bersih dari orang lain. Kerangka berpikir seperti itu harus diubah. Kalau muka kita buruk, jangan cermin yang dibelah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar