Presiden SBY, didampingi Ibu Ani, saat diwawancara lima reporter cilik di Istana Negara, Rabu (18/5) pagi. (foto: abror/presidensby.info) |
Presiden SBY menjawab pertanyaan lima reporter cilik asal Bandar Lampung yang mewawancarainya, di Istana Negara, Rabu (18/5) pagi. (foto: haryanto/presidensby.info) |
Kelima reporter cilik tersebut adalah Rayi Fatin Naura (Juara Favorit Lomba Bercerita Tingkat Nasional 2011, kelas VI SD Al-Kautsar Bandar Lampung), Aurora Louisa (finalis 25 besar Idola Cilik RCTI, kelas V SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung), Andini Dara (peserta Kejurnas Wushu Junior Open 2009, kelas IV SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung), M Triaji (dai cilik, siswa kelas V SD Al-Azhar 1 Bandar Lampung), dan Ilham Maradona (langganan juara kelas, siswa kelas VI SDN 1 Perumnas Way Halim Bandar Lampung).
Dalam bahasa anak-anak, Aurora Louisa menanyakan masa-masa sekolah Kepala Negara waktu dulu. Yaitu, seberapa jauh jarak dari rumah menuju sekolah dan bagaimana cara menempuhnya. "Tentu saja karena saya dari keluarga biasa, pulang pergi ke sekolah berjalan kaki sambil berolahraga bersama teman-teman. Senang karena ramai-ramai," Presiden bercerita.
Ketika Andini Dara bertanya, apakah ada guru yang memberi inspirasi untuk maju, sambil mengenang Presiden mengatakan bahwa ada seorang guru yang juga Kepala Sekolah pada masa SMA yang dinilai cukup membentuk mental dan karakter. Namanya Sunaryo --SBY memanggilnya dengan Pak Naryo.
Tahun 1960-an, Pacitan, Jawa Timur, adalah kota kecil nan sepi. Kala itu, bersama Pak Naryo, SBY dan teman-teman sekolahnya ikut membantu mendirikan sekolah sambil belajar. Mereka ikut mencari batu dan pasir dari kali guna membangun gedung sekolahnya.
"Yang saya dapatkan dari seorang pak Naryo dalam mendidik kami itu, tidak ada kata-kata 'tidak bisa', 'harus bisa'. Kita harus mandiri, tidak usah minta kesana kemari," Presiden mengenang. "Itulah yang saya ingat, anak-anak, Pak Naryo ikut mencetak mental dan karakter saya. Kalau kita ikhtiar, kalau kita bekerja, selalu bisa berbuat yang baik," SBY menambahkan.
Dalam kesempatan ini, Presiden pun memberikan tips untuk dapat berprestasi baik di sekolah maupun hal yang lain. Yaitu dengan memiliki tekad dan semangat yang kuat, serta harus bekerja keras. "Kalau teman saya yang lain bisa, saya juga harus bisa. Jadi, kalau ditanyakan, alhamdulillah, pak SBY punya prestasi yang baik selama bersekolah, itu karena semangat dari dalam untuk meraih prestasi yang baik dan belajar dengan sungguh-sungguh serta lebih fokus," SBY menjelaskan.
Ilham Maradona, siswa kelas VI SDN 1 Perumnas Way Halim Bandar Lampung, kemudian bertanya, apakah Pak SBY juga pernah nakal, misalnya bolos sekolah? "Sekali-kali pernah juga bolos sekolah. Jaman dulu itu kalau ada hujan lebat, banjir, itu kita senang. Wah, tidak masuk sekolah ini," SBY bertutur sambil senyum-senyum dan disambut tawa anak-anak dan awak redaksi Lampung Pos yang mendampingi. "Jadi kalau kenakalan anak-anak ya ikutlah, dihukum bareng-bareng ya pernah juga, disetrap bareng-bareng," tambahnya.
Para reporter cilik ini juga tak lupa menanyakan perihal kegemaran Presiden membaca buku, khususnya apa arti buku bagi seorang SBY. Buku, bagi SBY, tidak hanya menjadi guru dan sumber pengetahuan, melainkan juga bisa membuat rileks dan menghilangkan beban pikiran. "Arti buku yaitu menjadi guru, sumber pengetahuan. Pak SBY kalau sedang banyak pikiran, duduk membaca satu sampai dua jam, pikiran jadi lapang. Buku itu juga bisa bikin rileks," ujar SBY.
Terlihat mendampingi Presiden dalam wawancara ini, antara lain, Mensesneg Sudi Silalahi, Menkominfo Tifatul Sembiring, Menpora Andi Alifian Mallarangeng, Seskab Dipo Alam, dan Jubir Presiden Julian Aldrin Pasha.
(presidenri.go.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar