Selasa, 03 April 2007

Di Saudi Kemunculan Dai Wanita di Tv Masih Polemik


Kemunculan sejumlah dai wanita terkenal di sejumlah stasiun tv satelit di beberapa negara Arab beberapa tahun belakangan ini makin bertambah, setelah sebelumnya hanya dimonopoli dai dari kaum Adam.

Namun, di Arab Saudi sendiri, kemunculan para dai dari kaum Hawa untuk berdakwah dan menjawab berbagai permasalahan kontemporer yang dihadapi sesama kaum Hawa kelihatannya masih menjadi polemik. Sebagian ulama di negeri asal turunnya agama Islam itu menganggap kemunculan mereka sebagai masalah khilafiyah ( yang masih diperdebatkan hukumnya ).
Sedangkan sebagian lainnya menyebutkan dhoruriyah ( keharusan ) memberikan kesempatan kepada para dai wanita muncul di radio dan tv.

“Kemunculan dai wanita di TV memang masih merupakan masalah khilafiyah. Untuk menuntaskannya harus merujuk pendapat Dewan Ulama Senior,” kata Dr Abdullah Al-Mushallah seperti di kutip harian Al-Watan, Saudi, Jumat (15/12).

Menurut Sekjen Badan Internasional untuk Mukjizat Ilmiyah dalam Al-Qur’an dan Hadis itu, setiap negara memiliki kekhususan dan tradisi yang harus dihormati sehingga masalah khilafiyah ini jangan difatwakan berdasarkan pendapat pribadi tapi melalui badan yang berwenang.

Di stasiun tv satelit Iqra sudah banyak dai wanita yang muncul. Tapi stasiun tv ini memang bukan untuk konsumsi local tapi untuk seluruh dunia Arab dan dunia Islam. Meskipun demikian kita harus menghormati kekhususan setiap negara Muslim,” ujarnya lagi.

Sebelumnya diberitakan, tv Iqra meskipun milik seorang pengusaha Saudi, namun para penyiar dan pengelolanya dari berbagai negara Arab, dan programnya pun ditujukan keseluruh dunia Islam dalm bahasa Arab dan Inggris.

Dirjen Badan Dunia untuk Muslimin Baru, Sheikh Khalid Al-Ramih menilai sudah menjadi keharusan untuk memunculkan para dai wanita di radio dan tv karena para pemirsa kaum wanita sangat besar yang ingin mendengar para dai dari sesama kaumnya. “Yang perlu dipertimbangkan lagi adalah, sejumlah masalah yang berkaitan dengan hukum tentang kewanitaan tentunya membutuhkan dai wanita yang yang lebih mengerti tentang hal tersebut,” katanya.

Tetapi, Al-Ramih menolak bila penyebab ketdakmunculan para dai wanita di layar kaca Saudi itu disebabkan masyarakat partemal. “Masalahnya relatif, bisa saja karena kondisi masyarakat sosial setempat. Tapi realita saat ini harus dipertimbangkan untuk memberikan mereka kesempatan,” katanya lagi.

Bagi seorang akademisi wanita Saudi, ketidakmunculan para dai wanita di negerinya lebih disebabkan tidak adanya dorongan dari kalangan media massa itu sendiri untuk memberikan kesempatan pada dai wanita.

“Saat ini belum ada tujuan jelas dari media massa pandang (tv) untuk memberikan kesempatan kepada para dai wanita,“ kata Dr Hanan Ashi, pengajar di Universitas Abdul Aziz, Saudi seperti dikutip Arabiya.net.

“Untuk media dengar ( radio ), saya tidak melihat ada masalah. Yang masih menjadi polemik adalah kemunculan mereka dilayar tv karena mereka memperlihatkan wajah kepada para pemirsa,” ujar Hanan. Bila masalah wajah dipertentangkan, katanya lagi, bisa saja diberikan kebebasan bagi sang daiah ( dai wanita ) untuk membuka cadar atau tetap menggunakannya.
“Yang utama adalah memberikan kesempatan karena banyak daiah yang memiliki potensi dan kemampuan besar yang dibutuhkan masyarakat.”

Terlepas dari polemik tersebut, yang jelas tuntutan zaman akhirnya akan membuka peluang kepada para daiah Saudi untuk mengamalkan ilmunya lewaty layar kaca. Tinggal ‘kita’ tunggu kemunculan mereka dalam waktu dekat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar