Selasa, 03 April 2007

Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, berada di Arab Saudi untuk mengadakan pembicaraan langka antara dua kekuatan Timur Tengah itu.

Perbincangannya dengan Raja Abdullah diperkirakan akan terpusat pada krisis di Irak dan Libanon, program nuklir Iran, serta ketegangan kawasan yang lebih luas.

Ahmadinejad mengatakan kedua negara ingin "memperluas hubungan kami yang stabil".
Para wartawan mengatakan kenyataan bahwa pertemuan ini jadi berlangsung, merupakan isyarat tentang pengaruh Iran yang semakin besar.

Setibanya di ibukota Saudi, Riyadh, dengan disambut langsung oleh raja, Ahmadinejad mengatakan kedua negara akan memperkuat kepentingan bersama mereka.

"Kami akan membahas dengan Raja Abdullah upaya bersama yang harus kami lakukan di kalangan dunia Islam dan kawasan," katanya.

"Iran dan Arab Saudi merupakan dua negara penting yang hubungannya dalam tahun-tahun terakhir ini semakin meluas dan berkembang, dan kami ingin memperlebar hubungan kami yang stabil itu."

Diperhatikan sekasama

Iran adalah kekuatan yang sedang bangkit setelah dua saingan besarnya disingkirkan oleh Amerika Serikat, yaitu Taliban di Afghanistan dan rejim Saddam Hussein di Irak, kata wartawan BBC untuk masalah diplomatik, Jonathan Marcus.

Syiah sebagai sekutu Iran di Irak sekarang menjadi kekuatan dominan, sementara pengaruh Teheran menyebar lebih luas ke Libanon dan wilayah Palestina.

Negara-negara yang dikuasai Sunni, seperti Yordania dan Arab Saudi, mengamati kebangkitan Iran dengan rasa khawatir, kata wartawan kami menambahkan.

Di Libanon dan Irak, Teheran dan Riyadh mempunyai hubungan dengan kelompok-kelompok yang saling berlawanan di pentas politik.

Ahmadinejad mengatakan, kalau Libanon meminta Iran "membantu persatian nasional dan kemerdekaannya, maka kami siap membantu."

Di lain pihak, ia menjawab tuduhan Amerika bahwa Iran campur tangan di Irak dengan mengatakan, "Kita harus membiarkan rakyat Irak melaksanakan keputusan mereka dan menegakkan keamanan mereka."

Kelas berat Sunni dan Syiah, Arab Saudi dan Iran, sepakat untuk memerangi meluasnya perselisihan sektarian yang mengancam untuk meluber dari tetangga mereka Irak, menlu Saudi mengatakan.

Raja Saudi Abdullah telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang sedang dalam kunjungan resmi pertamanya ke Arab Saudi. Seorang pejabat Saudi mengatakan sebelumnya kerajaan Muslim Sunni itu akan minta bantuan Iran yang Syiah untuk meredakan ketegangan sektarian di Irak yang dikhawatirkan meledak menjadi perang saudara ledakan-penuh.

Pembunuhan oleh regu kematian Sunni dan Syiah di Irak serta krisis politik di Libanon yang membagi partai Sunni dan Syiah telah menimbulkan kekhawatiran akan konflik sektarian di Timur Tengah. Arab Saudi yang Sunni dan Iran yang Syiah termasuk di antara negara yang paling berpengaruh atas cabang Islam mereka masing-masing.

"Kedua belah pihak sepakat untuk menghentikan tiap upaya yang ditujukan untuk memperluas perselisihan sektarian di kawasan ini," kata Menlu Saudi Pangeran Saud al-Faisal pada wartawan tanpa merinci.

Arab Saudi telah memimpin upaya diplomatik dalam beberapa bulan belakangan ini untuk mengimbangi apa yang dianggap sebagai pengaruh Iran yang meningkat di Irak, Libanon dan wilayah Palestina.

Sementara Arab Saudi adalah sekutu penting AS di Timur Tengah, Iran adalah penentang sengit pengaruh Barat di kawasan itu.

AS telah mendesak PBB untuk menjatuhkan sanksi lebih keras pada Iran karena penolakannya untuk menangguhkan pengayaan uranium, proses yang dapat membuat bahan bakar untuk bom atom atau pembangkit listrik tenaga nuklir.

Seorang pejabat Saudi mengatakan kerajaa itu akan berusaha meyakinkan Iran untuk memenuhi resolusi PBB dan menangguhkan pengayaan.

Berjuang Untuk Pengaruh

AS dan sekutu regionalnya, termasuk Israel dan Arab Saudi, menduga program energi nuklir Iran ditujukan untuk mengembangkan senjata, tuduhan yang Teheran telah bantah.

Pemerintah-pemerintah Arab yang bersekutu dengan AS juga takut Iran akan memperoleh pengaruh di Libanon, wilayah Palestina dan Irak, tempat Arab Saudi menyalahkan milisi Syiah dukungan-Iran karena pembunuhan sektarian.

Riyadh juga ingin menekan Iran untuk mendesakkan tekanan pada Hizbullah, kelompok Syiah yang didukung oleh Iran dan Suriah, untuk mengakhiri krisis politik di Libanon, kata pejabat Saudi itu.

Ahmadinejad sebelumnya dikutip oleh kantor berita Iran IRNA sebagai mengatakan: "Dalam pertemuan dengan Raja Abdullah, kami akan membicarakan masalah yang akan dilakukan bersama di dunia Islam dan juga di kawasan itu".

Radio negara Iran mengatakan pembicaraan itu juga akan mencakup "kasus nuklir Iran".
Para diplomat mengatakan Iran ingin menyampaikan keprihatinan itu di depan pertemuan puncak Liga Arab di Arab Saudi akhir bulan ini.

"Mesir, Jordania dan Arab Saudi telah mengambil peran aliansi yang berbicara atas nama dunia Arab...Jadi Iran yakin pendapat dan posisinya mengenai masalah Arab akan didengar di pertemuan puncak itu," kata seorang diplomat Barat yang bermarkas di Saudi.

Para pejabar Saudi dan Iran teleh bertemu beberapa kali dalam beberapa pekan belakangan ini untuk menengahi oposisi pimpinan-Hizbullah Libanon dan pemerintah PM Fouad Siniora yang didukung-AS dan Saudi.

Namun pembicaraan mereka, dan juga kontak Saudi dengan Washington dan Paris serta pembicaraan Iran dengan sekutu regional terdekatnya, Suriah, tampaknya hanya membuat sedikit kemajuan.

Arab Saudi, Iran dan Suriah telah menerima undangan Irak ke konferensi regional Maret mengenai peredaan ketegangan di Irak.

Ahmadinejad Akan Bahas Isu-Isu Timur Tengah dengan Raja Arab Saudi, Abdullah
03/03/2007


Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad akan mengunjungi Arab Saudi hari Sabtu ini untuk membicarakan isu-isu yang menjadi kepentingan bersama dengan Raja Arab Saudi, Abdullah.
Dutabesar Iran untuk Riyadh, Mohammad Hosseini mengukuhkan kunjungan itu akan berlangsung, tetapi dia tidak memberikan penjelasan lebih jauh. Pertemuan itu dipandang sebagai hasil aktivitas diplomasi selama berpekan-pekan antara para pejabat Iran dan Arab Saudi.

Yang dibahas meliputi cara-cara mengurangi ketegangan di Libanon antara pemerintah Perdana Menteri Fouad Siniora, yang didukung Arab Saudi dan negara-negara Barat, dan oposisi yang dipimpin Hizbullah yang didukung Iran dan Syria. Kunjungan Ahmadinejad itu dilakukan pada saat negara-negara anggota permanen Dewan Keamanan PBB sedang menyiapkan resolusi baru untuk menghentikan program nuklir Iran. Pertemuan itu juga mendahului konferensi negara-negara tetangga Irak, Amerika Serikat dan Inggris di Bagdad pekan ini, dan di KTT Arab di Riyadh dalam bulan Maret ini.

Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad hari Sabtu kemarin mengadakan kunjungan dua hari ke Arab Saudi. Kunjungan pertama Ahmadinejad ke Arab Saudi ini bertujuan membahas masalah Timur Tengah. Demikian keterangan dari Teheran. Sebagian pengamat menilai, bagi Iran kunjungan ini tidak lumrah, karena Arab Saudi merupakan mitra strategis dari Amerika Serikat. Selain itu dari segi konflik antara kaum Suni dan Syiah, Iran dan Arab Saudi berada dipihak yang beroposisi

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Sabtu kemarin, tiba di Arab Saudi untuk melakukan perundingan-perundingan yang diperkirakan difokuskan pada pertumpahan darah antarsuku di Irak, krisis Lebanon, dan sengketa nuklir Teheran dengan Barat.
Pemimpin garis keras Iran itu akan bertemu dengan Raja Abdullah Ahad, dengan siapa dia sebelumnya menjelaskan hal tersebut di sela-sela konperensi tingkat tinggi (KTT) Islam di Mekkah, Desember 2005.

Hubungan-hubungan kedua kawasan semakin berat sejak terjadinya ketegangan antara Iran non Arab berkait dengan pengaruhnya yang berkembang di Irak, serta penerimaan dukungan dari milisi Syiah pada perang dengan minoritas Sunni di sana.

Lebanon secara terpisah juga telah menguji hubungan-hubungan antara Syi'ah yang berkuasa di Iran dan Sunni yang berkuasa di Arab Saudi, sebagai sekutu utama AS di Timur Tengah, yang membantu keuangan ke Beirut, dan sahabat-sahabat dekatnya dengan pemerintah dukungan Barat yang dipimpin oleh Perdana Menteri asal Sunni, Fuad Siniora.

Pemerintah Lebanon yang anti Suriah lumpuh karena aksi walkout (meninggalkan sidang) para menteri oposisi, dan melakukan protes yang dipelopori oleh gerakan Hisbullah yang didukung Syi'ah, yang meningkatkan ketakutan-ketakutan akan terjadinya bentrokan Sunni-Syi'ah seperti pada pertumpahan darah antar suku di Irak.

Pada Desember lalu, kerajaan Saudi mempersamakan situasi di dunia Arab dengan 'tong mesiu yang menunggu percikan api untuk meledak,' dan Riyadh serta Teheran baru-baru ini mulai bekerjasama untuk mengurangi ketegangan-ketegangan di Lebanon.

Dua negara penghasil minyak terbesar itu juga minta mengerem perbedaan perbedaan atas Irak, yang pada satu sisi melihat Arab Saudi menuduh Amerika Serikat giat menangani Iran dan memicu laporan-laporan - yang cepat dibantah oleh Riyadh - dari kemungkinan intervensi Saudi atas nama Sunni.

Para pengamat Saudi melihat, kunjungan Ahmadinejad sebagai satu tanda bahwa kedua negara melakukan upaya-upaya bersama untuk meredakan krisis kawasan, pada saat mana Teheran berada di bawah tekanan berat Barat atas program-program nuklirnya, dan Riyadh mencegah militer AS-Iran turun tangan karena bisa menambah ketidakstabilan di kawasan Teluk.

Riyadh dan Teheran niscaya berusaha keras untuk mendapatkan pemecahan di Lebanon dan kunjungan Ahmadinejad mungkin menghasilkan gagasan bersama untuk mendobrak kebuntuan, kata Anwar Eshki, ketua lembaga pengkajian swasta.

Perundingan-perundingan juga akan membawa kepada kesepahaman yang akan meredakan konflik di Irak, katanya kepada AFP.

Bandar al-Aiban, yang memimpin komite urusan luar negeri dari Dewan Shuro (penasehat), mengatakan, bahwa kunjungan Ahmadinejad mengisyaratkan bahwa Iran meminta bantuan Arab Saudi untuk mengakhiri kebuntuan atas ambisi program nuklir Teheran, yang dipandang oleh Washington sebagai topeng untuk mengejar persenjataan nuklirnya, meskipun hal itu dibantah oleh Iran.

Pendahulu Ahmadinejad yang moderat, Mohammad Khatami, melakukan kunjungan yang bersenjarah ke Arab Saudi pada tahun 1999 dan 2002, untuk memperbaiki hubungan-hubungan mereka yang merosot setelah revolusi Islan Iran pada tahun 1979. (AFP/Ant/OL-03)

Presiden Iran berembuk dengan Raja Arab Saudi

Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, tiba di Arab Saudi untuk mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin kerajaan itu.

Pembicaraan diduga akan mencakup situasi di Irak dan Libanon di mana Iran mempunyai hubungan yang erat dengan kelompok-kelompok milisi.

Kedua pihak juga diduga akan membahas program nuklir Teheran yang kontroversial.

Sumber :
• http://www.bbcindonesia.com
• http://www.kapanlagi.com
• IRNA ( kantor berita Iran )
• http://www.voamobile.com
• http://www.dw-world.de
• http://www.media-indonesia.com
• AFP ( kantor berita Prancis )
• ANTARA ( kantor berita Indonesia )
• Siaran Radio ABC Australia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar